WARISAN TSUNAMI DAN PANDUAN MENUJU OBJEK WISATA KOTA BANDA ACEH
Tsunami Heritage and Transportation Guide in Banda Aceh
Banda Aceh merupakan ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang memiliki berbagai bangunan peninggalan kerajaan Aceh dimasa kejayaannya.Terletak di ujung paling barat Indonesia dan memiliki berbagai obyek wisata yang sangat menarik. Bukan hanya objek wisata sejarah, setelah terjadinya musibah tsunami 26 Desember 2004 lalu, kota Banda Aceh dan sekitarnya banyak dikunjungi para wisatawan yang ingin menyaksikan reruntuhan akibat hantaman ombak tsunami.
Tulisan ini mungkin akan membantu kita untuk menelusuri berbagai objek wisata yang ada mengingat satu objek dengan objek lainnya saling berdekatan.
Penulis menjadikan Terminal Keudah sebagai titik awal perjalanan karena letaknya di pusat kota Banda Aceh agar tidak membingungkan para wisatawan dan tarif angkutan bisa berubah sesuai ketentuan yang berlaku.
1.Objek Wisata Sejarah
Perjalanan dimulai dari Masjid Raya Baiturrahman yang terletak di pusat kota untuk memudahkan para wisatawan karena sebagian besar objek wisata sejarah yang ada di Banda Aceh terdapat di sekitar Masjid Raya tepatnya Kecamatan Baiturrahman.
1.1.Masjid Raya Baiturrahman
The Grand Mosque Baiturrahman-Photo by Marni
Berada di pusat kota Banda Aceh, bangunan yang memiliki ornamen luar biasa indah ini sudah berdiri megah sejak abad ke XII. Masjid ini pernah terbakar beberapa kali ketika Belanda menyerang Kutaraja (Banda Aceh) tepatnya tahun 1883, namun untuk menarik simpati masyarakat Aceh pemerintah Kolonial Belanda membangunnya kembali. Belum lengkap rasanya apabila sudah menginjakkan kaki di Banda Aceh namun tidak berkunjung atau melihat langsung bangunan ini. Saat tsunami, sedikitpun rusak bangunan aslinya bahkan para warga sekitar masjid raya menyelamatkan diri dengan berlindung di dalam masjid. Karena letaknya yang strategis maka untuk mencapai lokasi bangunan tidaklah sulit, cukup dengan menaiki becak dari terminal angkutan Keudah atau labi-labi (angkutan umum) yang setiap hari lalu lalang di pusat kota, bahkan bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja.
Trayek Angkutan labi-labi yang melewati kawasan Masjid Raya:
-Terminal Keudah- Keutapang Dua
-Terminal Keudah-Ajun
-Terminal Keudah-Lampeuneurut
-Terminal Keudah-Lhoknga
-Terminal Keudah-Ulee Lheu
Rute yang dilalui angkutan labi-labi:
Terminal Keudah-Jl.Cut Mutia (depan Polda NAD)-Jl.Tepi Kali-Jl.Inpres-Jl.Diponegoro-Jl.Jl.STA.Mahmudsyah-Jl.Muhd.Jam (Depan Barata).
Tarif angkutan Rp.2000 dan Rp.5000 bila menggunakan becak bermotor.
1.2. Museum Aceh
Aceh Musium-Photo by Marni
Masih di kawasan Baiturrahman, beberapa ratus meter ke depan (dari samping kanan Bharata Dept Store) terdapat musium Aceh yang merupakan bangunan tradisional Aceh pada masa Gubernur Militer Belanda, Van Swart
1914. Di depannya mengalir Sungai Krueng Aceh dan apabila sungai tersebut memiliki sarana transportasi seperti perahu atau sampan maka setelah melewati Rumoh Aceh kita bisa menikmati indahnya Meuligo atau pendopo serta gunongan. Di samping kanan terdapat sebuah jam besar yang dikenal dengan sebutan lonceng Cakra Donya. Dari sejarah diketahui bahwa lonceng tersebut merupakan hadiah dari raja Cina, Dinasti Ming yang diantar oleh Laksamana Cheng Ho tepatnya tahun 1414. Pada lonceng terdapat tulisan “Sing Fang Niat Toeng Juut Kat Tjo”. Bangunanini berada tidak jauh dari masjid Raya dan bisa ditempuh dengan jalankaki saja atau menaiki becak bermotor.Untuk menuju lokasi bisa juga dengan menumpangi becak bermotor karena kendaraan umum tidak melintas di jalan STA.Mahmudsyah.
Namun bisa juga menaiki angkutan umum:
– Jurusan Terminal Keudah-Lambaro
– Terminal Keudah-Seulimum
– Terminal Keudah-Indrapuri
– Termina Keudah-Montasik
Rute yang dilalui angkutan labi-labi:
Terminal Keudah-Jl.Cut Mutia (depan Polda NAD)-Jl.Tepi Kali-Jl.Inpres-Jl.Diponegoro-Jl.Jl.STA.Mahmudsyah-JlT.Chik Di Tiro . Lalu turun setelah jembatan di persimpangan jalan STA.Mahmudsyah-Jl.T.Chik Di Tiro Tarif angkutan tetap yakni Rp.2000 dan Rp.7000 bila menggunakan becak mesin.
Baca lebih lanjut →